Kiamat 2012, Benarkah?

SUDAH hampir dua bulan terakhir, Fikri, seorang pelajar SMA asal Bogor mengaku merasa uring-uringan seakan dihantui rasa was-was hebat akan musibah besar. Perasaan tersebut muncul setelah secara tidak sengaja Fikri yang kerap berinteraksi dengan dunia maya membaca artikel pada beberapa situs mengenai kiamat yang akan menimpa bumi pada tahun 2012. Akan ada sebuah planet dengan diameter sebesar planet pluto menabrak bumi. Diperkirakan, Nibiru ini akan sampai di bumi pada tahun 2012. Menurut Dr. Budi Dermawan, peneliti asal Astronomi ITB, kabar tabrakan planet penyebab kiamat sudah mulai beredar sejak Zecharian Sitchin menulis buku ‘The Twelfth Planet’ di tahun 1976. Tabrakan tersebut merupakan terjemah sekaligus tafsir Sitchin atas tulisan ‘baji’ kuno bangsa Sumeria pada artefak yang telah berusia 6000 tahun.
Tafsir atas ramalan bangsa Sumeria tersebut menyatakan akan terjadi peristiwa besar setiap 3600-6000 tahun sekali. Belakangan tafsir tersebut dihubungkan dengan penemuan tahun 2012 sebagai tahun terjadinya tabrakan. "2012 itu sebenarnya tahun yang didapat dari tafsir atas siklus berakhirnya kalender berdasar pada penanggalan suku Maya yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan planet-X (istilah Nibiru di kalangan peneliti)," ujar Dermawan yang berbicara pada talkshow ‘Mengungkap Fakta Ilmiah di balik isu Kiamat 2012’ di Aula Timur ITB, Jln. Ganesha 10 Bandung, Ahad (14/6).
Secara ilmiah, tafsiran mistis Sitchin yang lebih banyak mirip film fantasi tidak bisa dipertanggungjawabkan. Begitu pun sistem penanggalan suku Maya yang berhenti siklus pada 21 Desember 2012, karena terbatasnya ilmu pengetahuan saat itu akan desimal. Padahal menurut Budi, semenjak segolongan orang percaya akan planet Nibiru Sitchin di awal 1980an, para astronom mulai mencari kebenaran ramalannya. Namun hingga saat ini, ketika ilmuwan telah menjelajah dengan bermacam instrumen teleskop di luar angkasa yang bisa mencacah secara detail, benda langit seukuran tersebut tidak pernah tampak.
"Apalagi yang mengarah pada bumi dengan radius waktu tiga tahun dari sekarang," kata Budi. Dosen satu-satunya prodi astronomi di Asia Tenggara ini menyatakan, sebuah benda bisa jadi luput dari pengamatan bila hanya berdiameter 5-10 meter. "Itu setiap hari juga masuk, tapi terbakar di atmosfer."
Clara Y. Yatini, salah seorang pembicara dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada talkshow yang diselenggarakan Hima Astronomi ITB ini mengatakan bahwa fenomena luar angkasa yang dipediksikan akan terjadi 2011-2012 adalah datangnya siklus badai matahari. Peristiwa ini terjadi di matahari dengan kekuatan 66 juta kali bom hiroshima! Namun bila itupun terjadi akibatnya di bumi hanya akan merusak sistem telekomunikasi, satelit dan kelistrikan. Sebagai gambaran, badai Matahari 1989, -kekuatannya mampu membelokkan arah jarum kompas hingga 7 derajat dari ‘magnetic north’- menyebabkan sebagian AS dan Kanada mengalami mati listrik hingga 9 jam. Dalam badai Matahari 2011-2012 (yang diperkirakan mampu membelokkan arah jarum kompas hingga 15 – 20 derajat), tentunya kerusakan itu bisa lebih luas.
Salah seorang anggota KPPI (Komisi Penyatuan Penanggalan Islam) Masjid Salman ITB yang juga alumnus Astronomi ITB, Ustaz Abu Yahya mengatakan bahwa urusan kiamat adalah domain agama. "Ilmu pengetahuan tidak pernah berani mengatakan pasti, hanya agama yang bisa mengatakan tanda-tandanya serta bagaimana cara menghadapinya," ujar Abu yang skripsinya pernah dijadikan rujukan International Islamic Calender Program di Malaysia. Fenomena isu kiamat belakangan ini menurut Abu utamanya disebabkan silaunya manusia pada teknologi modern sekaligus jiwa yang jauh dari nilai religi. "Padahal waktu pastinya, mutlak hanyalah Allah yang tahu, yang bisa kita tahu antara lain tanda-tanda besarnya saja seperti dengan datangnya Dajjal, Imam Mahdi dan turunnya Nabi Isa," tutur Abu.
0 Responses